Selasa, 21 Desember 2010

SEMPURNAKANLAH WUDHUMU!!!

Dalil tentang wudhu: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS. al-Maidah:6).
• Keutamaan wudhu :
1. Termasuk sebagian iman:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ ….» أخرجه مسلم:223
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ bersuci itu sebagian iman….”(HR.Muslim 223).
2. Menghapus dosa-dosa kecil:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ – أَوِ الْمُؤْمِنُ – فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلاَهُ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ » أخرجه مسلم:244
Dari Abu Hurairoh Radhiallahu ’anhu sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila seorang hamba muslim (mu’min) berwudhu, tatkala ia membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya semua dosa yang dilakukan pandangan matanya bersamaan air -atau bersama tetesan air terakhir-, apabila ia membasuh kedua tangannya maka keluarlah semua dosa yang dilakukan oleh kedua tangannya bersamaan air -atau bersama tetesan air terakhir-, apabila ia membasuh kedua kakinya maka keluarlah semua dosa yang dilakukan kakinya bersamaan air -atau bersama tetesan air terakhir-, maka keluarlah ia dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR.Muslim: 244).
3. Mengangkat derajat manusia :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَال « أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ». قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ :« إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ…» أخرجه مسلم:251
Dari Abu Hurairoh Radhiallahu ’anhu Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku tunjukkan kepada kalian apa-apa yang Alloh akan menghapus dengannya dosa-dosa dan mengangkat dengannya derajat?” Para sahabat menjawab: “Ya, wahai Rosulullah.” Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu ketika kamu tidak suka….” (HR.Muslim: 251).
4. Anggota wudhu akan bercahaya pada hari kiamat:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: «إِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ, مِنْ أَثَرِ اَلْوُضُوءِ….» رواه البخاري (136)، ومسلم (246)
Dari Abu Hurairoh Radhiallahu ’anhu berkata: saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bersih bercahaya dari bekas wudhu….” (HR.Bukhori:136, Muslim: 246).
5.Sebagai pelepas ikatan syaithon:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ مَكَانَ كُلِّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ ». رواه البخاري( 1142)، ومسلم (776).
Dari Abu Hurairoh Radhiallahu ’anhu berkata: saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syaithon mengikat tiga ikatan pada bagian belakang kepala salah seorang diantara kamu ketika tidur, dia mengencangkan setiap ikatan itu (seraya berkata) malam yang panjang bagimu, maka tidurlah! Jika ia bangun lalu mengingat dzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu maka terlepaslah satu ikatan lagi, dan jika ia sholat terlepaslah satu ikatan lagi, lalu ia menjadi semangat lagi ceria dan jika tidak jiwanya menjadi jelek lagi malas. (HR.Bukhori:1142, Muslim: 776).
• Wudhu yang sempurna:
عنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضى الله عنه دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا….» رواه البخاري (156 )، ومسلم (226)
Dari Humron maula Utsman dia menceritakan: “Sesungguhnya Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu minta diambilkan air, lalu ia berwudhu. Dia mencuci kedua telapak tangannya sebanyak 3 kali. Kemudian ia berkumur-kumur dan menghirup air kedalam hidungnya. Kemudian ia membasuh wajahnya sebanyak 3 kali. Kemudian ia membasuh tangan kanannya sampai sikunya sebanyak tiga kali. Kemudian ia membasuh tangan kirinya seperti ia membasuh tangan kanannya. Kemudian mengusap kepalanya. Kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kakinya sebanyak 3 kali. Kemudian ia membasuh kaki kirinya seperti ia membasuh kaki kanannya. Kemudian ia (Utsman) berkata: “ saya melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini.” (HR.Bukhori:156, Muslim: 226).
• Kesimpulan tata cara wudhu yang sempurna:
1. Niat berwudhu menghilangkan hadats ( niat dalam hati).
2. Membaca basmalah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ » رواه أبو داود (105) صححه الألباني
“ Tidak sempurna wudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala.” (HR. Abu Daud:105 dishahihkan oleh syaikh al-Albani ).
3. Mencuci kedua telapak tangan sebanyak 3 kali.
4. Berkumur-kumur, Istinsyaq (Menghirup air kedalam hidung) dengan tangan kanan, kemudian Istintsar (Mengeluarkan air dari dalam hidung) dengan tangan kiri dilakukan sebanyak 3 kali.
 Di sunnahkan untuk bersungguh-sungguh dalam beristinsyaq kecuali dalam keadaan berpuasa. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« بَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا ». رواه أبو داود (421)
“Dan bersungguh-sungguhlah dalam ber-istinsyaq kecuali kamu dalam keadaan berpuasa.” (HR. Abu Daud:142).
5. Membasuh seluruh wajah sebanyak 3 kali.
Di mulai dari ujung tumbuhnya rambut sampai bagian bawah dibatasi dengan dagu, adapun bagian kanan dan kiri dibatasi dengan dua telinga, Seluruh bagian wajah harus terkena air karena ini merupakan anggota wudhu. (ket: surat al-Maidah :6)
 bagi orang yang berjenggot disunnahkan untuk menyela-nyelakan jarinya kepangkal jenggot agar air meresap kepangkalnya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَنَس ابْنَ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-«كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنْكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ» رواه أبو داود (541)
Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila berwudhu beliau mengambil satu telapak tangan air, kemudian beliau memasukkannya kebawah dagunya kemudian menyela-nyelakannya kedalam jenggotnya.” (HR. Abu Daud:145)
6. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku sebanyak 3 kali.
 Disunnahkan untuk mendahului tangan kanan sebelum tangan kiri berdasarkan hadits Utsman radhiallahu ’anhu, dan juga berdasarkan hadits dari Aisyah radhiallahu ’anha :
إنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم-«كَانَ يُحِبُّ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ » رواه البخاري 168) )، ومسلم (268)
“Sesungguhnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyukai mendahulukan anggota badannya yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, bersuci dan disetiap urusan (dalam hal-hal yang baik).” (HR.Bukhori:168, Muslim: 268)
 Disunnahkan pula untuk menyela-nyela jari jemari supaya air benar-benar masuk. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أسْبِغِ الوُضُوءَ وَخَلِّلِ الأَصَابِعَ…» رواه أبو داود (421)
“Sempurnakanlah wudhu, sela-selakan jari-jemari…” (HR. Abu Daud:142)
7. Mengusap seluruh kepala dengan kedua telapak tangan sebanyak satu kali.
Caranya: kedua telapak tangan dibasahi air kemudian diusapkan pada kepalanya dari arah depan menuju kebelakang, kemudian dikembalikan kearah semula. Abdullah bin Zaid radhiallahu ’anhu berkata menjelaskan wudhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
…» ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدِيْهِ فَأَقْبَلَ بِهِمَاوَأَدْبَرَ. بَدَأَ بِمُقَّدَمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى المَكاَنِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ …» رواه البخاري (185)
“… kemudian beliau mengusap kepalanya dengan kedua telapak tangannya. Beliau mengusap kearah depan dengan kedua tangannya dan juga kearah belakang. Beliau memulai dari bagian depan kepalanya, kemudian mengusap kearah tengkuknya, kemudian membalikannya ke arah depan…” (HR. Bukhori: 185)
8. Mengusap kedua telinga dengan tangan sebanyak satu kali.
Caranya: Jari telunjuk mengusap bagian dalam dan ibu jari mengusap bagian luar. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
« ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ…» رواه أبو داود (135)
“ Kemudian Beliau mengusap kepalanya dan memasukkan dua jari telunjuknya kedalam dua telinganya, beliau mengusap dengan dua ibu jarinya bagian luar dua telinganya…” (HR. Abu Daud: 135)
*Mengusap dua telinga cukup menggunakan air sisa mengusap kepala yang menempel di tangan, karena telinga bagian dari kepala, Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
«الْأُذُناَنِ مِنَ الرَّأْسِ» رواه إبن ماجه (443)
“ Dua telinga adalah bagian dari kepala”. (HR. Ibnu Majah: 443 dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
9. Membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki sebanyak 3 kali
*Disunnahkan untuk menyela-nyela air kedalam jari-jemari kaki dengan jari kelingking. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ المسْتَوْرِدِ بْنِ شَدَّادٍ صاَحِب النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قال: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم إِذَا تَوَضَأَ خَلَّلَ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ بِخِنْصِرِهِ…» رواه أبو داود148) )
“ Dari Mustaurid bin Syaddad radhiallahu ’anhu dia berkata: “ Saya melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila berwudhu beliau menyela-nyela jari jemari kakinya dengan jari kelingkingnya.” (HR.Abu Daud: 148)
Catatan:
1. Makruh membasuh anggota tubuh lebih dari 3 kali (HR. Ahmad 2/180 dan Nasai: 140).
2. Hemat air ketika berwudhu (HR.Bukhori:198, Muslim: 325).

Selasa, 30 November 2010

Televisi menjadi Orang tua ketiga




Ada dua fakta televisi yang tidak diperdebatkan lagi. Pertama, televisi merupakan faktor perusak dan penghancur di sebagian besar program acaranya. Kedua, televisi merupakan faktor pembangun di beberapa program, namun ini sangat minim. Itulah opini para ibu di beberapa negara yang menjawab angket pendukung penulisan buku ini. Saya menemukan 85% para ibu berpendapat bahwa televisi merupakan faktor negatif yang memengaruhi pendidikan anak. Mereka mengatakan bahwa televisi sangat berbahaya, bahayanya melebihi menfaatnya, perusak perilaku anak, dan penyebab munculnya problematika anak. Sementara itu, para ibu yang lainnya berpendapat bahwa televisi merupakan suatu kebutuhan, namun penggunaannya harus dengan beberapa persyaratan tertentu. Disini, kita membahas bahaya televisi karena kita sedang membahas televisi sebagai pengaruh negatif dalam pendidikan anak.
Bahaya Televisi terhadap Anak
Selama menelaah buku-buku yang berbicara seputar pengrah televisi terhadap anak, saya menemukan banyak penelitian yang menjelaskan bahaya televisi yang diklasifikasikan dalam beberapa bagian, diantaranya: bahaya dari sisi keberagaman anak, bahaya dari sisi perilaku anak, bahaya dari sisi kesehatan, dan bahaya dari sisi kemasyarakatan. Berikut ini beberapa bahaya yang paling tampak.
1) Televisi dan Agama
  • Tidak sedikit program televisi yang menyuguhkan acara anak yang merupakan hasil impor dari negara-negara Barat, yang dapat merusak fitrah keimanan anak kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Terlebih lagi, ada program acara anak yang menceritakan adanya tuhan dengan nama tertentu, seperti bernama “Tuhan” Zella (Godzila) sang penyelamat manusia dari kejahatan. Ada cerita tentang peperangan di luar angkasa; menggambarkan adanya musuh manusia di planet lain yang dapat menghancurkan bumi. Acara tersebut menggambarkan alam semesta dan kehidupan seakan-akan sebuah dongeng, jauh dari gambaran islami tentang alam semesta, kehidupan, dan manusia. Kebanyakan program acara tersebut menceritakan tentang alam semesta yang besar tanpa ada kendali dari kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Acara ini justru menceritakan bahwa alam semesta ini dikendalikan oleh dua kekuatan: kekuatan jahat dan kekuatan bagi yang saling berebut kekuasaan, padahal sebenarnya hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang kuasa mengatur dan mengendalikan segala sesuatu di alam semesta ini. Contoh (buruk yang bertentangan dengan prinsip keimanan ini adalah) film yang menggambarkan akal di sentral alam semesta ini dan akal itulah sumber peraturan alam semesta ini[1].
  • Bila kita perhatikan program acara tersebut, kita dapat menemukan bahwa sebagian besar acara anak itu tidak sesuai dengan ajaran agama kita.
Contohnya, acara anak “Hai Simsim, bukalah!” Acara ini merupakan terjemahan dari film Amerika. Meskipun program acara ini lebih sedikit efek negatifnya bagi anak, tetapi memiliki beberapa unsur negatif. Akibat pengaruh negatif program acara anak ini, salah seorang anak yang menonton acara tersebut bersujud kepada boneka agar mengabulkan semua permintaannya![2]
2) Televisi dan Perilaku Anak
  • Secara umum, televisi dapat membuat anak –dengan menyempatkan diri untuk menontonnya- berkepribadian negatif, menyebabkan anak menjadi bodoh, kurang peduli, kurang peka, dan dapat menyebabkan anak melakukan tindak anarkis, jauh dari sifat kasih sayang[3].
  • Anak menjadi korban iklan perdagangan yang acapkali mengandung norma-norma negatif bagi para pemirsanya, seperti sifat tamak, mubadzir, saling membanggakan diri, tidak peduli suka menguasai, bertindak anarkis, dan berusaha untuk menarik perhatian lawan jenis. Banyak iklan yang menayangkan orang telanjang, padahal iklan seperti ini mendapatkan kritik di negara-negara Barat sendiri![4] Terlebih lagi iklan-iklan seperti itu menarik simpati anak untuk membeli produk yang terkadang berbahaya bagi kesehatan anak![5]
  • Penayangan informasi internasional maupun nasional tentang para artis dan atlet sebagai bintang dan pahlawan, hal ini dapat mendorong anak untuk mengagumi dan mengidolakan mereka dan tidak mengetahui para bintang dan pahlawan sebenarnya, orang-orang yang terkemuka dalam sejarah, ilmu pengetahuan, dan perjuangan, khususnya di negerinya sendiri, juga dalam sejarah Islam.[6]
  • Para dokter ahli menilai bahwa televisi merupakan sumber bahaya bagi perilaku anak yang memiliki kecenderungan seksual.[7] Televisi juga berperan sebagai pembangkit diri naluri seksual pada anak.[8]
  • Televisi dapat mencetuskan sifat anarkis (kekerasan) pada jiwa anak atau menambah kenakalan anak. Ada penelitian yang menjelaskan bahwa 70% orang tua mencela tindakan anarkis anak yang disebabkan oleh cerita-cerita dan tayangan kriminal secara brutal di televisi atau disiarkan di radio.[9] Tayangan tentang tindakan kriminal dan brutal tersebut mendorong anak yang tidak memiliki kecenderungan bersikap anarkis untuk mencoba dan menirunya, juga dapat menambah kenakalan pada anak yang memiliki kecenderungan sikap anarkis.[10] Anak yang sering menonton acara televisi yang mengandung unsur tindakan anarkis, kecenderngannya untuk bertingkah nakal menjadi lebih tinggi daripada anak yang tidak menontonnya.[11]
3) Televisi dan Bahaya Kesehatan Anak
  • Duduk dalam waktu lama di depan televisi dapat menyebabkan bahaya di punggung, sama seperti bahayanya membawa barang berat.
  • Berlebihan dalam mengisi muatan informasi pada susunan saraf anak dengan kondisi cahaya yang menyilaukan akan menyebabkan anak mengidap penyakit yang dikenal dengan sebutan epilepsi televisi. Penyakit itu akan menjadi bertambah parah bila anak masih sangat kecil![12]
  • Televisi dapat mempersempit waktu anak untuk bermain, khususnya permainan yang melatih kemampuan daya kreativitas, dan mempersingkat waktu tidur anak.[13] Juga berdampak negatif bagi indera pendengaran dan penglihatan anak.[14]
  • Menurut kesehatan, anak kecil di bawah usia dua tahun sangat berbahay menonton televisi.
4) Bahaya Televisi terhadap Daya Berpikir Anak
Sebagian besar acara televisi untuk anak-termasuk acara program pendidikan-tidak mampu mengembangkan potensi kecerdasan anak karena mayoritas acara tersebut menyuguhkan jawabab/solusi praktis. Hal ini melemahkan potensi anak untuk berpikir.[15]
5) Televisi dan Keluarga
Televisi dapat menjauhkan hubungan di antara individu keluarga. Sebagian keluarga ada yang tidak berkumpul bersama kecuali ketika menonton sinetron dan film. Kebersamaan seperti ini tidak mengandung unsur interaksi antarindividunya, juga membuat anak tidak leluasa dalam berbuat dan bersikap dengan kedua oran tua tercinta.
Prinsip-prinsip yang Ditawarkan untuk Menjauhkan Anak dari Bahaya Televisi
  • Jauhkan mengizinkan anak menonton televisi lebih dari satu jam per hari. Adapun anak yan masih menyusui ASI (anak di bawah usia dua tahun), dokter menyarankan agar ketika menyusui, ibu tidak memposisikan anak berhadapan dengan televisi karena pertumbuhan fungsi otak anak masih belum sempurna.[16]
  • Jadikanlah apa yang ditonton anak sebagai kesempatan bagi orang tua untuk menajarkannya; perbuatan mana yang benar dan yang salah.[17]
  • Berikanlah kepada anak kegiatan social di dalam atau di luar rumah dan berikanlah hiburan pengganti.
  • Penting sekali bagi orang tua untuk memberikan contoh kepada anak supaya tidak menonton program acara televisi yang tidak bermanfaat dan bertentangan dengan agama.
  • Janganlah menggunakan televisi sebagai alat untuk menenangkan anak, atau untuk memberikan ganjaran atau hukuman. Menurut persaksian para ibu-yang turut menjawab angket yang disebarkan- ada di antara mereka yang menjadika tontonan televisi sebagai cara untuk memberikan ganjaran atau hukuman bagi anak!
  • Tanamkanlah pada diri anak untuk menghargai waktu melalui ucapan dan praktik agar anak tidak menghabiskan waktu di depan televisi.
  • Pastikanlah anak meminta izin terlebih dahulu sebelum menghidupkan televisi, tentunya setelah orang tua membatasi program acara televisi apa saja yang boleh ditonton anak dan menentukan waktu untuk menonton; selama tidak lebih dari satu jam. Yang terpenting lagi, biasakanlah anak menonton televisi sambil duduk.
  • Berikanlah hadiah per minggu bagi anggota keluarga yang paling jarang menonton televisi dalam seminggu.
  • Hendaknya memperhatikan syarat-syarat kesehatan dalam menonton televisi, seperti minimal jarak antara televisi dan penonton sejauh enam kaki (l.k. dua meter), layar TV sejajar dengan pandangan mata atau di bawahnya, dan ruang tempat menonton haru terang untuk menetralisasi cahaya yang memancar dari layar televisi.
Ditulis ulang dari Ensiklopedi Pendidikan Anak Muslimkarya Hidayatullah binti Ahmad,penerbit Fikr.

[1] Al Ijhazu ‘ala at-Tilfaz hlm. 132-133.
[2] Al-Isykaliyah al-Muashirah fi Tarbiyat ath-Thifl al-Muslim, hlm. 25, dengan beberapa penyeusaian.
[3] A-I’lam al-Idzaiy wa at-Tilifizyuniy hlm. 245-246.
[4] Abna-una wa Lughat Kut-Syi wal al Kat-yib hlm. 54-55.
[5] At-Tilifizyunu Baina al-Hadam wa al-Banana-I hlm. 77.
[6] Ahammiyah alI’lam fi al-Islam, majalah Nadwa ath-Thalib hlm. 10; ath-Thifl al-Muslim Baina Manafi’ at-Tilifizyun wa Madharrihi hlm.146 dan seterusnya; Nazharah Islamiyah li al-Insani wa al-Mujtama’I Khila al-Qarni Rabi’i ‘Asyara hlm. 33.
[7] At-Tilifizyun Hal Yutiru al-Athfal, intenet, islam online.
[8] Al-Ijhazi alaa at-Tilfaz hlm. 121.
[9] Al-I’lam wa ar-Risalat at-Tarbiyah hlm. 83-84
[10] At-Tilifizyunu Baina al-Hadam wa al-Banana-I hlm. 91 dengan penyesuaian.
[11] ath-Thifl al-Muslim Baina Manafi’ at-Tilifizyun wa Madharrihi hlm. 125; Tanmiyah al-Maharati al-Ijabiyah hlm. 63.
[12] Athfaluna wa at- Tilifizyun hlm. 10.
[13] Hal Yashbahu at-Tilfaz Badilan li Hikayah al-Jaddah hlm. 34; At-Tilifizyunu Baina al-Hadam wa al-Banana-I hlm. 104; Dalil al-Walidain ila Tansyiati ath-Thifl hlm. 229.
[14] A-I’lam al-Idzaiy wa at-Tilifizyuniy hlm. 343; al-Abts al-Mubasyir hlm. 65.
[15] At-Tilifizyun Jalisun Sayyi-un li al-Athfal, internet; islam online.
[16] At-Tilifizyunu Baina al-Hadam wa al-Banana-I hlm. 195-196
[17] At-Tilifizyunu wa Bina adh-Dhamir, internet, islam online. Ar-Ru’yah al-Islamiyah li ‘Ilam ath-Thifl hlm. 107