Sabtu, 28 April 2012

RINGKASAN CARA PENGURUSAN JENAZAH



·         Orang  yang berhak memandikan jenazah adalah orang  yang diberi wasiat untuk memandikannya, atau orang yang lebih mengetahui cara penyelenggaraan (jenazah) sesuai dengan sunnah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, terlebih jika orang tersebut termasuk dari kerabat keluarga si mayit.
·         Laki-laki dimandikan oleh laki-laki, dan wanita dimandikan oleh wanita. (Terkecuali bagi suami-istri, boleh saling memandikan, karena ada dalil dari sunnah yang memperkuat amalan ini). Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada istinya Aisyah Radhiallahu ‘anha:
مَا ضَرَّكِ لَوْ مِتِّ قَبْلِي فَغَسَّلْتُكِ ........
   “ Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu .” ( Hadits shahih riwayat imam ahmad)
·         Orang muslim tidak boleh memandikan orang kafir, dan tidak pula mempersiapkan apapun dalam pengurusan jenazahnya. Ia hanya boleh menguburnya jika tidak ada seorang kafirpun yang menguburnya.
·         Tetapi seorang wanita tidak boleh memandikan lelaki, meski ia mahramnya sendiri. Dan seorang lelaki tidak boleh memandikan wanita, meski wanita itu adalah ibu atau putrinya, ia hanya boleh menayamumi mereka dengan debu.
·          Orang yang memandikan jenazah akan mendapatkan pahala yang besar jika memenuhi dua syarat berikut:
a. Menutupi kekurangan atau aib yang ia dapati dari si mayyit dan tidak menceritakannya  kepada orang lain, ( bisa menjaga lisannya ).
b. Ikhlas karena Allah semata dalam mengurusan jenazah tanpa mengharapkan pamrih dan terima kasih serta tanpa tujuan-tujuan duniawi. Karena Allah tidak menerima amalan akhirat tanpa keikhlasan semata-mata kepada-Nya.
·         Di sunnahkan bagi yang memandikan jenazah supaya mandi besar. (Tidak diwajibkan).
·         Tidak disyariatkan memandikan orang yang mati syahid di medan perang, meskipun ia gugur dalam keadaan junub.
         
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam memandikan jenazah adalah:
1.      Hendaknya ditempat tertutup baik ( samping kanan, kiri, depan, belakang ) maupun atas.
2.      Orang yang memandikan jangan terlalu banyak, maksimal 3 orang, makruh lebih dari 3 orang.
3.      Mempersiapkan perlengkapan mandi sebelum memandikannya.
4.      Meletakkan mayat di tempat mandi dengan posisi kepala agak naik dan kaki agak rendah.
5.      Menutup aurat  dengan kain ( tidak boleh terlihat auratnya ).
6.      Menanggalkan pakaian mayat dengan lemah lembut.
7.      Mengambil sepotong kain, lalu membelitkan kain tersebut ke tangan kiri kita untuk membersihkan jenazah tadi dan menggosok-gosok kedua kemaluannya
                 ( beristinja’ ). 
    
 Kita tidak boleh menyentuh aurat jenazah kecuali dengan penghalang. Dan lebih utama jika     tidak menyentuh seluruh anggota tubuh lainnya kecuali dengan sarung tangan atau kain yang dibelitkan ke tangan kita.


8.      Setelah itu kita mengangkat kepalanya hingga mendekati posisi duduk. Kemudian kita memijit atau menekan  perutnya pelan-pelan, dan banyak-banyak menyiramkan air, hal ini bisa di ulang 3x bila belum bersih. juga perlu mengasapi ruangan dengan kayu gaharu atau ukup ( sejenis pengharum ) jika dikhawatirkan ada sesuatu yang keluar dari perutnya.
9.   kita membelitkan sepotong kain pada kedua jari (telunjuk dan tengah), kemudian kain tersebut dibasahkan untuk membersihkan gigi-gigi, dan kedua lubang hidungnya, tanpa memasukkan air ke dalam mulut atau hidung.
10.  Membasuh seluruh anggota wudhunya.
11.  Mencuci rambut ( hendaknya kepang dibuka ), kemudian muka dengan busa perasaan daun bidara ( shampoo atau sabun ), kemudian membasuh anggota sebelah kanan bagian depan dilanjutkan bagian yang belakang. Demikian pula dengan anggota sebelah kiri. Setelah itu kita menyiramkan air ke sekujur tubuhnya, kemudian mengulangi pembasuhan sampai tiga kali. berdasarkan hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam:
اغْسَلْنَهَا ثَلَاثًا                                                                                
                               “Basuhlah jenazah sebanyak tiga kali” (HR. Mutafaqqun ‘alaihi).

   12.Sedangkan yang sunnah adalah mengulang tiga kali cara mandi seperti ini,   dengan memulai yang kanan dari setiap sisi tubuhnya, dan terus mengurutkan tangan pada perutnya pada setiap pemandian. Jika tiga kali pengurutan belum juga membersihkan perut, maka kita tambah hingga perut itu benar-benar bersih, meski hal itu kita lakukan hingga tujuh kali. Dan disunnahkan menghentikan pengurutan ini pada bilangan yang ganjil.
  13. Dianjurkan agar siraman terakhir adalah air larutan kapur barus. Berdasarkan sabda Nabi  Shalallahu ‘alaihi wasallam:
وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ كَافُوْراً أَوْ شَيْئاً مِنْ كَافُوْرٍ
“Siramlah dengan air larutan kapur barus pada siraman yang terakhir”.

Jika wanita, maka kita mengelabang rambutnya menjadi tiga kali dan kita letakkan pada bagian belakang kepalanya. Pada pemandian yang terakhir, kita mencampur airnya dengan kapur barus dan daun bidara. Kecuali jika si mayit dalam keadaan ihram dengan ibadah haji atau umrah, maka hal itu tak perlu dilakukan.

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam mengkafani  jenazah adalah:
  1.    Mengkafani jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah. Untuk kain kafan, kita mengutamakan membelinya terlebih dahulu dari harta pribadinya.
  2.   Jenazah dikafani dengan tiga lembar kain putih dari katun atau semisalnya. Lalu sebagian kain itu dibentangkan atas sebagian yang lain, kemudian diasapi dengan semisal kayu gahru atau di beri minyak wangi.
  3.       Bagian paling atas sendiri, kita taruh kain yang terbaik. Lalu kita menebar harum-haruman diantara kain yang atas ini, dan memberi parfum pada setiap lembar kain-kain tersebut.
  4.   Kemudian wewangian itu kita letakkan pada anggota wudhunya. Jika kita memberikan  wewangian  pada seluruh tubuhnya, maka itu lebih baik.
  5.     Setelah itu kain paling atas, yang ada di sebelah kanan mayit, ditutupkan pada bagian kirinya. Dan kain yang disebelah kiri ditutupkan pada bagian kanannya. Kemudian seperti itu pula kita lakukan pada kain kedua dan ketiga. Dan kita menjadikan kain yang banyak lebihnya ada di bagian kepala. Lalu bagian tengah setiap kain itu kita ikat. Ikatan itu baru dibuka kembali saat jenazah dimasukkan dalam kuburan.
  6. .    Sedangkan yang wajib untuk kafan jenazah laki-laki dan perempuan, adalah satu lembar kain yang bisa menutupi seluruh tubuhnya, walaupun sunnahnya tiga lembar kain, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dikafani dengan tiga 
Diringkas oleh Ari Mardiah Joban

Untuk praktek cara memandikan dan mengkafani silahkan buka:



















Kamis, 26 April 2012

Keimanan sumber kebahagian


Kebahagian adalah dambaan setiap orang. Tak seorangpun yang ingin hidup sengsara.



Kebahagiaan merupakan sebuah cita-cita yang semua orang berusaha untuk meraihnya.

Lalu bagaimana meraih kebahagian yang hakiki?

Keimanan kepada Allah merupakan faktor utama dalam meraih kebahagiaan.


Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah menjelaskan 3 tanda kebahagian:
1. Bersyukur
2. Sabar
3. Beristighfar

keadaan seseorang akan selalu berputar, antara mendapat karunia yang melimpah, di timpa musibah atau terjerumus dalam lubang dosa.

Seorang yang beriman tatkala memperoleh sebuah kenikmatan, ia mengetahui bahwa itu semua datangnya dari Allah 'Azza wa jalla, kemudian dia memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya.

Jika ditimpa musibah, dia yakin 
bahwa itu semua atas kehendak Allah 'Azza wa jalla, lalu dirinya ridha dan sabar.

Dan bila pada suatu waktu ia terkalahkan oleh nafsunya dan terjatuh ke dalam jurang dosa, ia menyadari bahwa dirinya telah melanggar batasan-batasan Allah 'Azza wa jalla dan kemudian segera bertaubat dan beristighfar.

Ketiga hal tersebut menunjukan, bahwa kebahagian hanya dapat diraih dengan beriman kepada Allah  'Azza wa jalla.
Keimanan merupakan tempat bersandar seorang Muslim pada setiap keadaan.

Rasulullah Shallahu 'alaihi wasallam bersabda:


عَجَبًا لأَمْرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ ليسَ ذلكَ لأَحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ 
فكانتْ خَيرًا لهُ  رواهُ مُسْلِمٌ


" Sungguh sangat menakjubkan perkara (kondisi) seorang Mukmin. Seluruh perkara (kondisinya) baik, dan itu tidak ada pada seseorang kecuali pada seorang Mukmin. Jika mendapat nikmat, ia pun bersyukur dan itu adalah terbaik baginya. Jika ditimpa musibah, ia bersabar dan itulah yang terbaik bagi dirinya. (HR. Muslim)

Semoga kita dapat meraih kebahagian yang hakiki.

Aamiin

By: Ari Mardiah joban





Sabtu, 21 April 2012

♥ BERSIKAP kepada MUKMIN ♥


Imam Yahya bin Mu'adz Ar-Razi (wafat 258H di Naisabur) rahimahullah bekata: 
"Hendaknya orang mukmin mendapatkan 3 (tiga) perlakuan darimu: 

. bila engkau tidak memberikan MANFAAT kepadanya,
jangan mendatangkan MUDHARAT kepadanya; 

. bila engkau tidak mem-BAHAGIA-kannya,
maka jangan membuatnya SEDIH; dan

 jika engkau tidak MENYANJUNGNYA,
maka engkau jangan MENCELANYA."

(Shifatush Shafwah 4/91 karya Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah)

Racun Hati

Hati sangatlah berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang. Karena seseorang akan selalu melakukan sesuatu sesuai kata hatinya.
Hati ϑί dalam tubuh manusia laksana raja pada anggota tubuh, dan anggota tubuh adalah prajuritnya, apabila rajanya baik, maka baik pula prajuritnya, dan apabila raja buruk, maka buruk pulalah prajuritnya.


Rasulullah صلى اللّهُ عليه وسلم bersabda:
ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب    


“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh  jasadnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. (HR. al-Bukhari).


Setampan atau secantik apapun rupa seseorang, tidaklah indah tanpa hati Чαπƍ bersih, karena hati yang bersih melahirkan perbuatan yang baik, begitu pula sebaliknya. Dan Allah tidaklah melihat dari fisik seseorang, melainkan Allah akan melihat pada hati dan amalannya.


Dari Abu Hurairah  رضي الله عنه  berkata, Rasulullah صلى اللّهُ عليه وسلم  bersabda,
  
إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى صوركم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم 
   
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian, tidak pula rupa-rupa kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbuatan kalian”. (HR. Muslim).


Oleh karena itu membersihkan hati sangatlah penting, karena pada hari kiamat tidaklah berguna harta dan anak kecuali Чαπƍ datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat. Sebagaimana firman-Nya:


يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم  


 “Pada hari (kiamat) ketika tidak lagi bermanfaat harta maupun keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’araa’:88-89).


• Karakter Hati Yang SelamatSyaikh as-Sa’di rahimahullah menyebutkan beberapa karakter atau ciri-ciri hati yang selamat; yaitu hati tersebut diisi dengan: keikhlasan, ilmu, keyakinan, kecintaan kepada kebaikan dan menganggap kebaikan itu sesuatu yang indah di dalam hatinya, keinginan dan kecintaannya senantiasa mengikuti apa yang Allah cintai, begitu pula hawa nafsunya tunduk mengikuti ajaran yang Allah berikan. (Taisir al-Kariim ar-Rahmaan, hal:593).
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa hati tidak akan benar-benar bisa selamat kecuali jika terbebas dari lima hal:
1. Syirik yang memupuskan tauhid.
2. Bid’ah yang menyimpangkan dari as-Sunnah.
3. Menuruti keinginan nafsu yang membuat berpaling dari perintah (syari’at).
4. Kelalaian yang membuat dzikir terbengkalai.
5. Hawa nafsu yang mengikis kemurnian ibadah dan keikhlasan 
(Ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal:138).


Agar hati kita bersih dan selamat hendaklah kita mengetahui racun-racun yang bisa merusak hati. Ada Empat racun dalam hati Чαπƍ memiliki pengaruh Чαπƍ sangat kuat dan Чαπƍ paling banyak menyebar, diantaranya adalah:
1. Kelebihan dalam berbicara (Fudhulul kalam).
2. Kelebihan dalam memandang (Fudhulun nadzar).
3. Berlebih-lebihan dalam hal makanan (Fudhuluth tho’aam).
4. Kelebihan dalam bergaul (Fudhulul mukhaalathoh).


Hendaklah kita berusaha menjaga hati kita dengan tidak memasukkan racun-racun tersebut, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkannya. Dan apabila racun-racun tersebut masuk karena kelalaian atau kesalahan maka hendaklah kita bersegera untuk menghapusnya dengan bertaubat kepada Allah dan memperbanyak beristighfar.            


 Semoga kita semua dapat terhindar dari racun-racun Чαπƍ menjangkit hati, sehingga kita kelak menghadap Allah dengan membawa hati Чαπƍ selamat.
آمِيْن
 Disarikan dari kajian rutin Tazkiyatun Nufus oleh Ust. Fuad Hamzah Baraba’, Lc.- – - – - – 〜✽〜 – - – - – -