Kamis, 18 November 2010

Takut (Khouf) dan berharap (Roja)

oleh: Ari Mardiah Joban


      Jika kita memperhatikan perjalanan orang-orang shalih dan semangat mereka untuk memperbanyak amal shalih dan tetap istiqomah dalam menjalankan ketaatan, niscaya kita akan mendapati bahwa sebabnya adalah takut kepada Allah Ta’ala, berharap akan nikmat di sisi-Nya, serta rasa cinta kepada-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
     dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (an-Naazi’at: 40-41).
adapun dalil tentang berharap, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)
       Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

     Untuk itu, kedudukan takut, berharap dan rasa cinta seperti sayap yang dipakai untuk terbang oleh orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah, dengannya mereka terbang kesetiap tempat yang tinggi.
       Rasa takut (Khouf) adalah mahkota orang yang dekat kepada Allah, Takut dari adzab Allah adalah rasa takut yang menjadi bukti sehatnya iman. Inilah rasa takut yang wajib dimiliki setiap muslim, tidak boleh tidak. Adapun kadar wajib dari rasa takut tersebut adalah hendaknya mengandung dua hal:
1.      Hendaknya rasa takut tersebut mendorongnya untuk melakukan kewajiban.
2.      Hendaknya rasa takut tersebut mencegahnya dari berbuat maksiat.
Tanda- tanda orang yang takut kepada Allah:
1.     Dia bertauhid.
2.     Selalu ingin dekat dengan Allah.
3.     Merasa diawasi oleh Allah.
4.     Selalu introspeksi diri.
5.     Merasa mudah dalam beribadah.
6.     Selalu tampil berani dalam menegakkan syariat Islam.
7.     Menjaga lisan serta anggota badan lainnya dan tidak berbuat Dzolim.
Hal-hal yang dapat menumbuhkan rasa takut kepada Allah:
1.     Banyak membaca Al-Qur’an dan mempelajari ilmu syar’i.
2.     Selalu mengingat maut.
3.     Selalu mengingat adzab kubur dan kiamat.
4.     Selalu mengingat dosa.
5.     Memikirkan su’ul khotimah.
Adapun berharap (Roja’) adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya di saat rasa takut lebih menguasai. Para salaf memperbesar rasa harap ketika mendekati ajal, yakni disaat mereka menghadapi rasa takut akan su’ul khotimah.
    Ada tiga jenis berharap (Roja’), dua diantaranya yang terpuji dan satu yang tercela.
1.  Seseorang melakukan ketaatan kepada Allah sesuai dengan petunjuk Allah, maka dia adalah orang yang mengharap pahala Allah, Ini termasuk berharap yang terpuji.
2.  Seseorang yang terlanjur melakukan dosa kemudian bertaubat dari dosa tersebut, maka dia orang yang mengharap ampunan, kemurahan, kelmbutan dan kemuliaan dari Allah, Ini juga termasuk berharap yang terpuji.
3.  Seseorang selalu berbuat dosa, serta lalai dalam menjalankan kewajiban, lalu dia mengharap rahmat Allah tanpa beramal, inilah orang yang berangan-angan dan harapan dusta, dan ini termasuk jenis berharap (Roja’) yang tercela.
Hal-hal yang dapat menimbulkan sikap berharap (Roja’):
1.     Senantiasa mengingat nikmat Allah.
2.     Selalu mengingat janji dan pahala dari Allah.
3.     Mengingat luasnya rahmat Allah.
Buah dari sikap berharap:
1.     Semangat dalam beribadah.
2.     Menumbuhkan sikap istiqomah dalam beribadah.
3.     Merasa nikmat saat bermunajat kepada Allah.
4.     Allah selalu memberikan kepada hamba-Nya apa yang selalu diharapkan.
5.     Akan mendapat janji Allah berupa surga-Nya.
Hendaknya kita selau merpertemukan antara takut dan harap. Karena jika seseorang hanya mengingat akan karunia dan rahmat Allah saja maka dia akan merasa cukup dengan harapnnya dan meninggalkan amal, disaat itulah hendaknya seseorang perlu menghadirkan rasa takut akan ancaman Allah. Dan jika seseorang hanya mengingat ancaman Allah dan takut akan murka Allah kepada hamba-Nya, maka dia akan merasa putus asa dari rahmat Allah, disaat itulah hendaknya seseorang menghadirkan rasa harap akan apa yang ada disisi Allah berupa luasnya karunia dan kesempurnaan rahmat-Nya. Beginilah cara mempertemukan antata takut dan berharap. Allahu a'lam.



2 komentar:

  1. Assalaamu'alaykum.. mabruk ya ukhty ari.. akhirnya ngeblog jg, dah lama ana tunggu lho.. blognya cantik. ana senang dg banyaknya akhwatus salafiyah yg berda'wah dg metode al-musyafahah ghairu al-mubasyarah spt ini krn jangkauannya lbh luas & menyebar, semoga Alloh jalla wa 'alaa meridhoi langkah kita. ana link blog anti ke blog ana yah..biar kita bisa berbagi ilmu dan ukhuwah kita ttp terjalin. baarakallahu fiyki..
    *Ummu Haitsam alqorutiyah

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumussalam, wa fiiki barakallah, amin, semoga Allah meridhoi usaha kita. na'am ukhty ini masih coba-coba,tapi alhamdulillah bisa dan mudah, tafadholii ya ukhti untuk link blognya mudah2an bermanfaat. وفقك الله لما يحبه و يرضاه

    BalasHapus